
Pertemuan dihadiri oleh Muspika kecamatan Juntinyuat, humas PT Elnusa, Pemdes Segeran, warga Segeran yang tergabung dalam Ikatan Masyarakat Segeran (IMS), dan pihak pengamanan dari kepolisian dan TNI, di balai desa Segeran, Selasa (25/10/16).
Pihak PT Elnusa sebagai rekanan PT Pertamina yang ditunjuk sebagai kontraktor pelaksana survei seismik, menyampaikan sosialisasi terkait proses dan manfaat adanya survei tersebut, pihaknya memaparkan terkait potensi kandungan minyak dan teknologi yang digunakan.
"Cadangan minyak akan habis 30 tahun lagi. Makanya kita perlu ada survei seismik. Kita semua butuh minyak kan? Soal kebun Jeruk yang rusak, itu hanya kebetulan pas berbarengan dengan seismik, itu pun 30 tahun lalu," ujar humas PT Elnusa, Adi.
Sementara menurut warga setempat mengatakan, pihaknya tidak menolak adanya eksplorasi dan survei untuk mencari cadangan minyak, tetapi hanya menolak sistem survei seismik yang dinilai akan merusak potensi ekonomi warga, khususnya di wilayah Segeran, karena berdasarkan pengalaman dulu terkait perkebunan jeruk yang dulu pernah subur kini tak lagi bisa ditanami.
"Kami tetap tolak adanya seismik di sini (Segeran -red). Ini hak kami sebagai rakyat. Biarkan kami hidup dari potensi pertanian dan perkebunan yang ada di desa kami. Tolong hargai hak kami dan jangan paksa kami, apalagi sampai kami diadu domba sesama warga desa," ujar salah satu warga, Wahyu.
Meski pertemuan tersebut dianggap langkah awal, tapi menurut warga, pertemuan tersebut sudah final dan tidak akan mengubah pendiriannya.
"Kami sudah pahami betul bagaimana proses survei seismik itu. Jadi pertemuan ini kami anggap pertemuan terakhir. Kami tetap menolak," pungkasnya.
Para warga pun berbondong-bondong membubuhkan tandatangan dan cap jempol, di hamparan kain putih panjang sebagai bukti bentuk penolakan terhadap survei seismik.