

Oleh: Ali Imron Ramdhan (Demisioner Ketua Komisariat PK PMII Al-Amin Indramayu)
Kerusuhan dan Ambisi Senior: Drama Konfercab PMII Indramayu Berakhir Tragis, Keputusan pembubaran konfercab oleh pimpinan sidang dipertanyakan. Pesta demokrasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Indramayu telah berubah menjadi kisah tragedi organisasi yang memalukan. Konferensi Cabang (Konfercab) yang dibuka pada 25 September 2025 kini memasuki bulan kedua tanpa hasil, terperosok dalam deadlock kronis, diwarnai kekacauan fisik, isu manipulasi dokumen, dan intervensi yang diduga kuat sebagai ‘permainan egois senior.
Kemelut ini bermula sejak awal September, tepatnya pada 13–20 September 2025, saat pendaftaran calon Ketua Cabang dan Ketua Kopri dibuka. Badan Pelaksana Konfercab (BPK) dituding bermain api ketika meloloskan empat calon, termasuk yang disorot memiliki cacat administrasi parah. Fokus utama terletak pada Calon No. 2, Ahmad Fikri, yang santer diisukan memanipulasi dan memalsukan dokumen pencalonan.
Puspihat Membara: Simbol Amarah dan Intervensi
Ketidakseriusan panitia pelaksana semakin kentara. Dimulai dengan mundurnya Ketua BPK Ade Syahrul, yang digantikan Robistian. Namun, puncak kekacauan terjadi saat pembukaan Konfercab pada Kamis, 25 September 2025, di Gedung Puspihat Kemenag Indramayu.
Kekecewaan kolektif kader atas proses yang janggal ini meledak menjadi aksi anarkis. Kericuhan tak terhindarkan, dan ruangan sidang berubah mencekam. Sebagai simbol protes, Konfercab hari itu ditutup dengan insiden pembakaran spanduk dan ban di area gedung, menunjukkan amarah kader yang merasa proses demokrasi mereka telah dirusak.
Sidang pun deadlock, dan upaya memindahkannya ke PP. I’anatul Mubtadiin Dukuh untuk Pleno III juga berakhir sia-sia, kembali chaos dan deadlock tanpa kepastian.
Setelah terhenti selama sebulan, Konfercab coba dihidupkan kembali pada Kamis, 23 Oktober 2025, di Gedung PCNU Indramayu. Sidang Pleno IV yang dipimpin Mabincab, Sahabat Sadar, dan Sahabat Khamzah Fansuri, mencapai keputusan krusial: ketika BPK melakukan peninjauan verifikasi berkas pencalonan persetujuan pimpinan sidang dan menghasilkan putusan bahwa menganulir pencalonan Ahmad Fikri dikarenakan terbukti melakukan manipulasi data akademik.
Namun, di balik polemik administrasi, isu yang beredar kencang di kalangan internal adalah adanya permainan dan intervensi egois para senior yang dinilai mencoba mengarahkan jalannya pemilihan demi kepentingan faksi tertentu. Deadlock yang berkepanjangan ini diyakini sengaja dipertahankan sebagai alat tawar menawar di luar forum.
Puncaknya, setelah menganulir calon yang bermasalah, Ketua BPK Robistian, beserta seluruh anggota BPK yang tersisa, menyatakan mundur massal. Panitia pelaksana telah menyerah, meninggalkan Konfercab dalam status tanpa tuan, seolah menegaskan bahwa forum itu telah gagal secara fundamental.
Kekecewaan Kader: Integritas Organisasi di Titik Nadir
Kita menyuarakan kepedihan mendalam atas rusaknya Konfercab. Persoalan ini telah melampaui pemilihan ketua; ini adalah krisis marwah organisasi. Kita menyaksikan sendiri, sejak awal BPK terkesan menutup mata terhadap cacat administrasi, bahkan diwarnai aksi bakar-bakar di Puspihat yang merupakan puncak amarah kader. Dan yang paling menyedihkan adalah isu tentang permainan egoisme senior yang menunggangi proses ini. Ketika beberapa BPK mundur setelah menganulir calon yang bermasalah, ini bukan lagi deadlock biasa. Ini adalah penegasan bahwa proses demokrasi kita tercoreng, bahkan sudah berada di titik nadir integritas. Senior harusnya mengayomi, bukan malah menjadi dalang kerusakan proses kaderisasi.
Kami menyayangkan sikap pimpinan sidang konfercab lanjutan di Gedung PCNU di Indramayu yang jelas tidak beritegritas dan dibalut kepentingan. Keputusan untuk memilih membubarkan sidang pleno, sesaat setelah BPK memutuskan menganulir salah satu calon karena jelas terbukti cacat secara administrasi jelas mencederai marwah organisasi.
Konfercab lanjutan yang digadang-gadang merupakan upaya rekonsiliasi untuk menyelesaikan konflik internal PMII di forum sebelumnya, justru di gagalkan oleh pimpinan sidang karena keputusan BPK menganulir salah satu calon. Kami memperhatikan dari awal sidang lanjutan konfercab ini dilaksanakan pimpinan sidang berusaha untuk segera melakukan pemilihan ketua cabang PMII Indramayu. Namun aneh, ketika BAP hasil peninjauan verifikasi dibacakan dan memutuskan salah satu calon dianulir pimpinan sidang langsung menutup dan memilih tidak melanjutkan agenda pemilihan ketua cabang.
Hingga kini, nasib Konfercab PMII Indramayu masih menggantung, kami sebagai kader menantikan upaya rekonsiliasi yang serius sebagai langkah penyelamatan terhadap PC PMII Indramayu. Kami mendorong BPK yang tersisa untuk secepatnya melanjutkan sidang yang hanya tinggal melakukan pemilihan saja dengan menunjuk pimpinan sidang yang lebih berintegritas.[]