Keadaan sawah blok Betek Desa Muntur Kecamatan Losarang (Cuplikcom/apip)
Cuplikcom - Indramayu - Usaha pertanian pada Masa Tanam Kedua (MT II) atau pada musim kemarau memiliki tingkat kesulitan yang berat. Hal ini, pada Masa Tanam Kedua cuaca sudah memasuki masa tanpa hujan yang mengakibatkan pasokan air lokal berkurang.
Sebulan setelah lakukan penanaman, kini beberapa areal lahan sawah sudah ada yang terlihat mengering kekurangan pasokan air. Dan keadaan seperti ini membuat gusar para petani yang lahannya berada diwilayah tadah hujan serta hanya mengandalkan pasokan air dari sungai pembuang.
Potret areal sawah yang sedang mengalami kekurangan pasokan air itu terpantau dari wilayah blok sawah Betek Desa Muntur, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu. Wilayah lainnya yang mengalami hal serupa diantaranya adalah wilayah sekitar Desa Ranjeng, Desa Losarang dan Desa Santing yang berbatasan sekitar sawah blok Betek itu.
Menurut yang disampaikan oleh Ketua Gapoktan Desa Muntur, luas areal lahan yang terancam kekurangan air pada saat ini memiliki luas sekitar 500 hektar. Dan areal ini, menurutnya lebih mengandalkan pasokan air dari jalur irigasi Rentang, tepatnya melalui pintu air 19.
"Sawah yang kekurangan air itu ada sekitar kurang lebih 500 hektar. Lokasinya ada diblok sawah Betek," kata Yudi Ketua Gapoktan Desa Muntur kepada media, Selasa (22/7/2025).
"Biasanya wilayah itu mendapatkan pasokan air dari pintu 19 (irigasi Rentang). Tapi karena adanya salah koordinasi, jadi selama tiga hari lebih wilayah itu tidak teraliri air. Kami butuh koordinasi pembagian air yang jelas dan rata" sambungnya
Dalam penyampaiannya, Yudi pun berharap, para pihak khususnya antar Pemerintah Desa (Pemdes) yang diwakilkan pada Raksabumi (Kaur Perencanaan) bisa melakukan koordinasi dengan baik. Tidak sepotong potong dalam mengatur jalannya pembagian air.
"Harusnya antar Raksabumi itu berkoordinasi dengan baik. Karena lahan kita kan dibelakang, jadi kalau koordinasinya baik tentu tidak akan terjadi kelangkaan air sampe lebih dari tiga hari" ujarnya
"Kalau sawah wilayah Betek tiga hari lebih tidak teraliri air, ini bisa mengancam kekeringan dan terjadi gagal panen, kasihan petani wilayah ini" ungkap Ketua Gapoktan itu
Sementara itu, Kaur Perencanaan (Raksabumi) Desa Ranjeng menyampaikan bahwa dirinya butuh koordinasi dengan pihak Raksabumi Desa lainnya. Hal ini supaya dalam pembagian air bisa merata masuk ke lahan sawah yang dituju.
"Air yang ada di irigasi dari pintu 19 cukup banyak. Namun, kita yang ada diwilayah depan selalu terbuka untuk berkoordinasi dengan pemangku wilayah (Raksabumi) lain, supaya pengaturan pembagian air bisa saling memantau" tutur Durokman Raksabumi Desa Ranjeng
"Raksabumi dan P3A harus sigap mengawal aliran air sampe ke lahan-lahan sawah wilayahnya. Jangan setengah-setengah mengawal aliran air disaat masa Sadon (MT II) ini" pungkasnya