
Virus yang diberi kode H7N9 yang menginfeksi setidaknya 108 orang di China tersebut terdeteksi pada Maret lalu. Hal ini didasarkan atas rilis dari WHO siang tadi (24/04/13) waktu setempat di markas badan kesehatan dunia tersebut di Jenewa, Swiss.
Sebuah tim internasional yang terdiri dari WHO dan pemerintah China telah melakukan penelitian selama lima hari. Hanya saja mereka belum memastikan jika virus tersebut mampu menular antar manusia secara langsung.
"Ini virus influenza, dengan tingkat bahaya yang lebih tinggi bagi manusia," tutur Fukuda, salah satu ahli dari WHO. Ia pun memberi penjelasan soal virus sebelumnya yang menginfeksi 45 orang dan membuat 30 diantaranya meninggal pada rentang 2003 dan 2013.
Namun Fukuda pun menggarisbawahi jika penelitian yang WHO lakukan hanyalah awalan semata. Ia mengungkapkan bahwa ada kemungkinan mereka menemukan hal yang sesungguhnya jauh lebih berbahaya.
Satu hal yang menjadi pertanyaan para ahli dalam kasus flu burung di China adalah unggas yang tidak tampak sakit. Sehingga keberadaan virus ini lebih susah untuk dilacak dan dikendalikan. Namun menurut Fukuda berdasarkan saksi, virus H7N9 lebih cepat menular dari unggas ke manusia dibanding pendahulunya, H5N1.
Virus H7N9 ini sudah menyebar di Shanghai, kemudian terdeteksi pula di Beijing dan lima provinsi lainnya di China. Pasar unggas di China kini telah ditutup menyusul hasil tes unggas yang beredar positif terjangkit virus tersebut.
Sumber: Aljazeer