
"tidak selalu dipersoalkan, karena Pertamax harus bersaing dengan pihak swasta. namun Pertamina harus bisa menyediakan harga dan kualitasnya yang bisa bersaing dengan asing," ujar Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Aria Bima, Sabtu (1/10/11).
Menurutnya kenaikan harga Pertamax itu hal yang wajar, karena pada prinsipnya konsumen Pertamax seharusnya dikonsumsi oleh kalangan ekonomi menengah ke atas, "jadi masih dalam perhitungan yang wajar. Karena Pertamax tergantung pada harga minyak dunia, tergantung harga pasar" jelasnya.
Saat yang sama Ketua Komisi VI DPR RI yang bergerak dibidang Perdagangan, Perindustrian, Investasi, Koperasi, UKM dan BUMN, dan Standarisasi Nasional, Airlangga Hartato, mengungkapkan bahwa kenaikan tersebut wajar karena sebelumnya pun harganya masih di bawah perusahaan swasta seperti Petronas Malaysia.
"itu wajar, karena harganya masih di bawah perusahaan swasta. Kalau itu sudah dihitung secara koorperasi (Pertamina), terserah koorporasinya saja, karena itu kan non subsidi," kata Airlangga saat yang sama.
Sebelumnya, seperti yang diberitakan kenaikan Pertamax berkisar antara Rp 100 sampai Rp 150 per liter. Harga Pertamax, di DKI Jakarta naik dari Rp 8.650 per liter menjadi Rp 8.800 per liter. Di Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, harga pertamax naik dari Rp 8.750 per liter menjadi Rp 8.850 per liter. Sedangkan Pertamax di luar Jabodetabek naik dari Rp 8.850 per liter menjadi Rp 8.950 per liter.
Sementara untuk harga Pertamax plus, di DKI Jakarta naik dari Rp 9.000 per liter menjadi Rp 9.100 per liter. Sedangkan, Pertamax Plus di Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi naik dari Rp 9.100 menjadi Rp 9.200. Sedangkan Pertamax Plus di luar Jabodetabek naik dari Rp 9.200 per liter menjadi Rp 9.300 per liter. Sedangkan untuk harga Pertamax Dex, dari Rp 9.300 per liter menjadi Rp 9.450 per liter.