“Sekarang beras di Priangan Timur cukup banyak. Para petani sendiri melepas gabah yang mereka simpan, untuk biaya tanam. Makanya, kita siap kalau memang diminta untuk tambah lagi,” kata Rochyat, Kepala Perum Bulog Sub Divre Ciamis kepada “PRLM”, Kamis (12/11) di Tasikmalaya.
Menurut Rochyat, lima tahun ke belakang daerah Priangan Timur belum dilihat sebagai potensi lumbung beras Jawa Barat. Rata-rata pengadaan beras setiap tahun 30 ribu ton meliputi Tasikmalaya, Banjar, Garut dan Ciamis . Namun, dalam dua tahun terakhir menunjukan keberhasilan panen padi yang cukup besar. Terbukti, pengadaan beras tahun 2008 mencapai 130 ribu ton. “Sekarang mencapai 140 ribu ton, posisi ini hampir sama dengan Cirebon atau sama teratas di Jabar,” katanya.
Tingginya pengadaan beras di Priangan Timur, katanya, juga karena sepanjang tahun ada yang panen. Seperti sekarang, di beberapa titik masih ada yang panen, sehingga stok tidak pernah kurang. Bahkan, Perum Bulog Ciamis membantu untuk suplai ke daerah Cianjur.
Sementara itu, Kepala Desa Cimaragas, Kab. Ciamis Ujang mengatakan, harga beras di daerah sekitar Ciamis merosot dari semula Rp 5.000/kgnya menjadi Rp 4.400/kgnya. Penurunan ini, karena stok di lapangan bertambah, setelah dipicu aksi jual gabah yang dilakukan oleh para petani.
“Pada saat sekarang, petani butuh biaya untuk tanam, karena sudah memasuki musim hujan. Salah satu sumber biayanya yaitu dengan menjual gabah, sehingga stok beras di pedagang menjadi banyak. Dengan sendirinya, harga juga turun,” kata Ujang yang juga aktif di kelompok tani.