

Cuplikcom - Indramayu - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Indramayu sabet penghargaan terbaik II penanganan stunting se-Jawa Barat 2024 setelah sukses tekan angka stunting drastis dari 18,4% Menjadi 9,8%.
Komitmen Pemkab Indramayu dalam memerangi kasus stunting di wilayahnya kembali menorehkan prestasi gemilang di tingkat provinsi. Kerja keras yang didasari semangat kolaborasi multipihak melibatkan pemerintah daerah, tenaga kesehatan, sektor swasta, dan partisipasi aktif masyarakat berhasil membuahkan hasil luar biasa. Melalui upaya terstruktur dan masif, Pemkab Indramayu sukses besar meraih penghargaan terbaik II penanganan stunting se-Jawa Barat tahun 2024.
Penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi atas keberhasilan Indramayu menekan angka stunting secara drastis dalam kurun waktu satu tahun. Data menunjukkan penurunan yang sangat signifikan, yakni dari 18,4 persen pada tahun 2023 menjadi hanya 9,8 persen pada tahun 2024.
Jauh Melampaui Standar Nasional
Angka 9,8 persen tersebut bukan hanya sekadar pencapaian, namun juga melampaui standar target nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu 14 persen. Keberhasilan akseleratif inilah yang sekaligus mengantarkan Indramayu menerima penghargaan bergengsi lainnya, yakni sebagai terbaik II akseleratif progresif 2019–2024 dalam pelaksanaan aksi konvergensi percepatan penurunan stunting.
Penghargaan tersebut diserahkan dalam rapat koordinasi percepatan pencegahan dan penurunan stunting se-Jawa Barat, yang digelar di Pusdai, Bandung, pada Kamis (20/11/2025). Apresiasi diserahkan langsung oleh Wakil Gubernur Jawa Barat, H. Erwan Setiawan, S.E., kepada perwakilan Pemkab Indramayu. Wakil Bupati Indramayu, H. Syaefudin, hadir mewakili Bupati Lucky Hakim untuk menerima penghargaan yang menjadi bukti nyata efektivitas program daerah tersebut.
Strategi Terukur dan Target Ambisius
Dalam keterangannya, Wakil Bupati H. Syaefudin menjelaskan bahwa kunci keberhasilan Indramayu adalah pendekatan yang terencana dan terukur, yang telah diintegrasikan secara cermat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Syaefudin memaparkan, berdasarkan kajian, sekitar 80 persen kasus stunting di Indramayu disebabkan oleh malnutrisi kronis pasca lahir dan juga belum optimalnya sistem rujukan kesehatan. Untuk mengatasi akar masalah tersebut, sejumlah strategi percepatan telah dan terus dijalankan secara intensif. Strategi ini mencakup program screening seluruh balita stunting yang dilakukan langsung oleh para dokter spesialis anak, bekerja sama dengan tiga RSUD utama di Indramayu.
Selain itu, Pemkab juga melakukan penguatan pendampingan keluarga berisiko stunting, optimalisasi sistem rujukan berjenjang, serta penyediaan Makanan Tambahan (PMT) melalui inisiatif kolaboratif bertajuk Orang Tua Anak Asuh Stunting (OTAAS).
"Kita targetkan tahun 2026, angka stunting di Indramayu bisa turun lagi, mencapai 7 persen. Target ini hanya bisa dicapai melalui kerja bersama, termasuk dukungan penuh dari sektor swasta dan keterlibatan aktif dari seluruh lapisan masyarakat," tegas Syaefudin.
Lokus Prioritas Penanganan Stunting 2025
Sebagai langkah konkret untuk mencapai target ambisius tersebut, pada tahun 2025 ini Pemkab Indramayu telah menetapkan 15 desa sebagai lokus prioritas penanganan stunting untuk fokus intervensi.
Lima belas desa tersebut adalah Cipancuh, Drunten Kulon, Loyang, Tempel, Lelea, Purwajaya, Segeran, Malangsemirang, Sukaurip, Krimun, Anjatan Baru, Anjatan Utara, Ujunggebang, Bantarwaru, dan Kendayakan.