Foto: Presiden AS, Joe Biden (Cuplikcom/Fanny)
Cuplikcom-Jakarta-Amerika Serikat (AS) kini mendapat masalah baru. Negara adidaya yang dipimpin oleh Joe Biden itu kini sedang pusing karena terancam 'kiamat babi'.
Hal ini terjadi akibat harga daging babi di negeri itu yang mengalami kenaikan tajam. Bukan hanya karena rantai pasokan dan inflasi yang dipicu pandemi tapi juga undang-undang baru soal kesejahteraan hewan di Paman Sam.
Kelangkaan terjadi karena rantai pasokan dan inflasi yang dipicu pandemi. Bukan hanya itu, kenaikan harga juga terjadi karena UU baru yang dibuat di California, negara bagian konsumsi babi terbesar.
Sejak 1 Januari 2021, produk daging babi harus mematuhi standar khusus terkait induk si babi. Para induk babi masing-masing harus diberi ruangan memadai, setidaknya 24 kaki persegi dalam kandangnya.
Pada Oktober lalu, produsen sudah memperingatkan ini akan menambah biaya tambahan di seluruh rantai pasokan makanan, yang pada akhirnya membuat warga California dan wilayah lain di AS memiliki hanya sedikit stok dan tentunya dengan harga lebih mahal.
"Beberapa percaya rantai pasokan daging babi sedang tertatih-tatih di tepi ancaman besar," tulis CNN International dikutip, Sabtu ini (6/11/2021).
"Krisis Bacon Terbesar di California' bisa berarti akhir dari Bacon yang membawa 'Kiamat Daging Babi' atau membuat sarapan pokok menghilang dari meja orang-orang California."
Menurut beberapa ekonom, kenaikan memang tak bisa dipungkiri. Harga daging babi bisa saja naik sekitar US$ 8 (sekitar Rp 112 ribu) untuk pembelian daging secara tahunan.
"Pada umumnya, akan ada dampak jangka panjang dari ini, apa pun yang terjadi," kata Trey Malone, asisten profesor di Departemen Pertanian, Pangan, dan Ekonomi Sumber Daya Michigan State University.
"Ini adalah sesuatu yang menjadi perhatian seluruh industri pertanian."
Sebelumnya induk babi yang hamil hanya ditempatkan dalam kandang berukuran 7 kali 2 kaki. Kandang ini dapat memberi ruang untuk induk babi itu makan, berdiri, duduk, dan berbaring.
Namun babi tidak memiliki ruang untuk berjalan, bergerak bebas, bersosialisasi, dan berbalik. Ini dianggap kejam.
"Beberapa produsen daging babi tidak akan membiarkan induk babi berbalik," kata Josh Balk, Wakil Presiden Perlindungan Hewan Ternak untuk Masyarakat Manusiawi AS.
"Semuanya kembali ke titik itu dan terus terang, orang Amerika berpikir itu cara biadab untuk memperlakukan mereka."
Sebenarnya UU ini tidak hanya berlaku di California tapi juga wilayah lain seperti Massachusetts. UU ini juga terkait hewan ternak lain seperti ayam petelur.
Namun bedanya, industri babi AS disebut tidak siap. Menurut analis agribisnis Rabobank, Christine McCracken, kesiapan industri daging babi tidak lebih dari 5%.
"Biaya konstruksi yang tinggi, kendala tenaga kerja, dan kurangnya visibilitas seputar aturan akhir, semuanya berperan dalam respons industri yang minim," kata McCracken.
"Banyak di industri berspekulasi bahwa, seperti Massachusetts, akan ada upaya menit terakhir untuk menunda peluncuran peraturan," singgungnya lagi mengutarakan bagaimana UU serupa diketok di Massachusetts
Hal sama juga didukung Departemen Pangan dan Pertanian California (CDFA). Jangka waktu aturan terlalu singkat sehingga membuat industri tidak bisa mempersiapkan dengan baik.
Sementara itu ekonom pertanian dari Universitas Michigan Trey Malone memprediksi aturan ini akan memukul warga AS berpenghasilan rendah. Ini, ujarnya berimplikasi pada terbatasnya akses nutrisi warga.
"Apa yang sebenarnya terjadi adalah kami pada dasarnya mencoba membatasi pilihan berbiaya lebih rendah. Orang miskinlah yang kemungkinan besar akan terpengaruh oleh kebijakan ini," kata Malone.