dr.Lois Owien (Cuplikcom/ M.Riko Indrianto)
Cuplikcom-Jakarta-Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri Kombes Ahmad Ramadhan membenarkan jajaran Polda Metro Jaya telah melakukan penangkapan terhadap dokter Lois Owien, pada Ahad (11/7). Namun, demikian penanganan kasus dokter kontroversial tersebut dilimpahkan ke Bareskrim Polri.
"Yang jelas kemarin, hari Minggu jam 4 ditangkap sama unit Siber Krimsus PMJ (Polda Metro Jaya)," ujar Ramadhan saat dikonfirmasi, Senin (12/7).
Kendati demikian, Ramadhan belum memerinci di mana yang bersangkutan dan ditangkap dan siapa yang melaporkan. Namun, kata Ramadhan, pihaknya akan segera merilis kasus penangkapan dokter lois tersebut. Sehingga dengan demikian, masyarakat bisa mengetahui duduk perkara kasus yang menjerat dokter Lois sampai harus ditangkap.
"Dia (Lois) kan ditangkap PMJ, kita lagi tanya belum dijawab, nanti siang kita rilis supaya enggak satu-satu," ungkap Ramadhan.
Nama dokter Lois belakangan viral menyusul unggahan-unggahan kontroversial di media sosial terkait Covid-19. Pandangan Lois, jika merujuk pada unggahannya, sejalan dengan para penganut teori konspirasi pandemi.
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia (MKEK IDI) pernah memanggil Lois untuk dimintai klarifikasi dan pertanggungjawaban ilmiah. Namun Lois sempat menegaskan dia pasti akan menolak jika dapat panggilan dari MKEK IDI.
Disebutnya, penolakannya sebagai bentuk perjuangannya. Apalagi, kata dia, pemikirannya selalu ditolak oleh IDI hingga Kemenkes.
"Saya sudah berjuang sangat keras di dunia nyata untuk membantu IDI dan Kemenkes, tapi ditolak karena mereka sudah punya protokol sendiri (dari) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)," kata Lois.
Tak Percaya COVID-19
Dalam sebuah acara bincang-bincang bersama pengacara kondang hotman Paris, dokter Lois mengatakan tidak ada pasien yang meninggal karena virus corona. Yang ada adalah pasien meninggal karena interaksi obat yang berlebihan.
Dia menyebut bahwa obat-obatan yang digunakan untuk pasien Covid-19 telah menimbulkan komplikasi di dalam tubuh pasien.
"Interaksi antar obat. Kalau buka data di rumah sakit, itu pemberian obatnya lebih dari enam macam," kata dokter Lois.