Menjelang senjaku...
Jepretan potret kehidupan
Bertaburan butir-butir keringat
Seperti mutiara...
Oh... pemimpinku...
Irama pemilu hanyalah sebuah beban
Yang tlah kau bangunkan tapi...
Fikiranku, hatiku belum...
Setiap 5 tahun sekali ku berdiri
Dengan tangan terlipat di dada
Seperti bocah yang kehilangan harapan
Menunggu Pemilu tiba...
Oh... pemimpin
Yang buat tragedi pemiluku
Kalau kau bisa menyulap sejarah sekedipan mata
Karena kesombonganmu
Maka kabur dan kubur
Sementara abad-abad terus dilahirkan
Kucoba contreng menjadi Epitaf dan Prasasti
Namun kebahagiaan kesejatian dan ketiadaan
Surga kesunyian
Warnai demokrasi pemilu
Sambil sedikit letakan do’a
Semoga ada yang mampu menorehkan sajak-sajak
Tuk menerka sebuah isyarat musim dan cakrawala...