Cuplik.Com - Melbourne, Tingkat popularitas Perdana Menteri (PM) Australia, Malcolm Turnbull, merosot ketika pemilu yang diprediksi akan sangat ketat hanya berjarak sebulan lagi, demikian hasil jajak pendapat yang diterbitkan pada hari Sabtu.
Pemerintahan konservatif Turnbull masih bersaing ketat dengan Partai Buruh yang beraliran tengah-kiri dalam survei Ipsos, di mana pemerintah hanya unggul dengan 51 persen dibandingkan Buruh meraih 49 persen dukungan.
Namun demikian, popularitas Turnbull yang diunggulkan sebagai perdana menteri anjlok empat persen ke titik 47 persen, masih di atas pesaing terdekatnya yaitu pemimpin Partai Buruh Bill Shorten yang hanya didukung 30 persen responden.
Australia akan menggelar pemilu pada 2 Juli setelah masa kampanye yang panjang yaitu 74 hari.
Turnbull, politisi yang tergolong moderat di pemerintahan koalisi pimpinan Partai Liberal yang konservatif, pernah mendapat popularitas yang sangat tinggi saat ia menggantikan pendahulunya, Perdana Menteri Tony Abbott dan kudeta internal partai di bulan September 2015.
Menurut salah seorang peneliti politik dari Universitas Sydney, Peter Chen, "Dia (Turnbull-red) pasti sangat resah pagi ini." Pemilu ini terjadi di tengah upaya Australia yang sedang mencari keseimbangan baru ekonominya setelah lonjakan pendapatan dari sektor tambang.
Ekonomi Australia, yang tidak terdampak oleh krisis finansial global, mulai menunjukkan kelesuan dalam beberapa tahun terakhir.
Isu-isu terkait pajak, dana untuk pendidikan, dan jaminan kesehatan telah menjadi debat paling menonjol dalam kampanye kali ini, demikian pula dengan isu pencari suaka dan perlindungan perbatasan.
Australia telah mengalami pergantian pucuk kepemimpinan politik dalam beberapa tahun terakhir. Dan bila Turnbull kalah di 2 Juli, perdana menteri baru akan menambah jumlah deretat perdana menteri menjadi lima orang sejak 2010.