
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Mustafid pernah menuturkan soal kebijakan pendidikan Indramayu yang sering tidak adil. Guru dan juga Wakil Kepala Sekolah MA Pesantren Al Urwatul Wutsqo ini menyoal mutasi sepihak, pungutan liar, intimidasi dan politisasi terhadap para guru. Guru, lanjutnya, diseret kepada kepentingan tertentu diluar asas demokrasi.
Mustafid, yang pernah beraktifitas di berbagai organisasi kampus ini, merasa tak bisa berbuat banyak ketika hanya menjadi guru. Ia mesti menjadi pembuat kebijakan, setidaknya ada aspirasi yang mesti disampaikan. Gayung pun bersambut, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Indramayu memintanya untuk menjadi calon anggota legislatif (Caleg).
"Iya, saya dicalonkan PKS di Dapil 1 Indramayu," ungkap Mustafid saat ditemui Cuplik.com di kantornya di Terusan, Indramayu.
Mustafid mengungkapkan tidak masalah nomor berapapun, karena sejak Pemilu sebelumnya, sistem yang dipakai tidak lagi menggunakan nomor urut calon. Lulusan komunikasi dan penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Wiralodra ini, mendapat nomor urut yang biasa dipakai para penyerang di dunia sepakbola, yakni nomor 10. Baginya, ini menarik, karena nomor 10 merupakan nomor para bintang lapangan. Ia berharap bisa berbuat banya bagi partai dan tentu bagi dunia pendidikan di Indramayu.
Suami Asnawati ini bakal berjibaku di Indramayu, Balongan, Sindang, Pasekan, Cantigi, Lohbener dan Arahan. Daerah pemilihan yang dikenal ‘panas' ini tak menyurutkan langkah Mustafid.
"Ini bicara kemanfaatan bagi masyarakat. Tidak masalah apapun yang terjadi, saya siap," urainya.
Kesiapan Mustafid tentu bukan tanpa sebab. Sebagai seorang guru, fokusnya pada bidang pendidikan tentu bukan main-main. Ia dibesarkan di dunia pendidikan, sehingga dirinya paham apa yang harus dilakukan di dunianya ini. Rekan-rekan Mustafid sesama guru pun sudah mendukung langkahnya.
"Saya cinta profesi saya. Maka saya mengajak rekan-rekan seprofesi untuk menolak segala macam bentuk kedzaliman di dunia pendidikan," pungkasnya.