"Tahun 2019 akan mengalami pergantian generasi politik. Generasi politik baru yang sebagian besar mereka dilahirkan dari rahim reformasi. Diperkirakan karakter pemimpin seperti Jokowi yang akan muncul. Ini menentukan dinamika politik setelah reformasi, apakah mereka akan membuat terobosan pemikiran-pemikiran atau hanya akan melanjutkan produk-produk masa lalu," ujar Teten dalam acara Dialog Publik dengan Tema "Peranan pemuda untuk Menata kemajuan Bangsa" yang digelar di Gedung KNPI Kabupaten Garut, Minggu (21/1/13).
Menurutnya, siapapun yang memenangkan 2014 akan menjadi pertarungan politik untuk 2019. Sehingga akan dilihat apakah pemuda akan eksis atau hanya sebagai penumpang atau pengikut saja. "Ini masalah krusial bagi pemuda saat ini," kata Teten.
Karena itu, Teten mengharapkan, anak muda sekarang harus segera mengambil peran, sikap dan membangun legitimasi di masyarakat. Jika tidak, lanjutnya, maka dipastikan dari segi pemikiran di 2019 nanti tidak akan terjadi.
"Membangun jati diri membangun eksistensi dirinya di masyarakat, di politik. Pemuda harus berani mengambil sikap untuk menyelesaikan persoalan bangsa ini," jelasnya.
Lebih jauh Teten menilai, persoalan yang mungkin dihadapi saat ini adalah masalah demokrasi. "Demokrasi ini memang menjadi masalah kita saat ini, sistem demokrasi yang dibangun belum melahirkan perubahan bangsa dan kepentingan rakyat. Demokrasi hanya dimiliki partai-partai dan anggota dewan. Akibatnya kepentingan masyarakat terabaikan dan pada akhirnya rakyat menjadi antipati terhadap partai," terangnya.
Sehingga, jika persoaln ini dibiarkan, bagi Teten maka ini akan menjadi berbahaya, karena pemerintah tidak punya legalitas dan kemampuan untuk memerintah rakyatnya sendiri.
"Ini yang harus dipikirkan bersama oleh pemuda. Sudah saatnya anak muda memiliki identitas politik sendiri, anak muda harus memutus identitas politik masa lalu untuk melakukan perubahan," pungkasnya.