
Persoalan internal antara lain penolakan Perdana Menteri Turki Tayyip Erdogan atas pencalonan PM Denmark Anders Fogh Rasmussen sebagai Sekretaris Jenderal NATO yang baru menggantikan Jaap de Hoop Scheffer, seorang diplomat Belanda.
Erdogan tidak bisa melupakan penerbitan kartun pada 2005 di sebuah media Denmark yang dianggap menghina Nabi Muhammad. Kartun ini kemudian memunculkan aksi protes dari dunia Muslim terhadap Denmark.
PM Italia Silvio Berlusconi mencoba membujuk dan memberikan keterangan kepada Erdogan lewat telepon. Namun, Turki tetap menolak Denmark, ditambah lagi faktor penolakan Denmark atas keanggotaan Turki di Uni Eropa.
Faktor Rusia
Masalah internal lainnya adalah keinginan AS, di bawah Presiden Barack Obama, memperluas keanggotaan NATO.
Saat didirikan pada tahun 1949, NATO beranggotakan Belgia, Kanada, Denmark, Perancis, Islandia, Italia, Luksemburg, Belanda, Norwegia, Portugal, Inggris, dan Amerika Serikat.
Pada era Perang Dingin, Yunani, Turki, Jerman (sebagai Jerman Barat tahun 1955), dan Spanyol bergabung. Di pengujung Perang Dingin kemudian masuklah Jerman Timur (kini sudah bersatu dengan Jerman Barat menjadi Jerman), Ceko, Polandia, Hongaria, Bulgaria, Estonia, Latvia, Lituania, Romania, Slowakia, Slovenia, Albania, dan Kroasia.
Presiden Obama menyatakan keinginannya memasukkan Macedonia menjadi anggota NATO. ”Kita menantikan keanggotaan Macedonia,” kata Presiden Obama. Hal itu ditolak Yunani dengan alasan memiliki sengketa wilayah dengan Macedonia.
AS juga ingin memasukkan Georgia, pecahan Uni Soviet, ke NATO. PM Rusia Vladimir Putin menentang hal itu sebagai wujud ekspansi ke halaman belakang Rusia.
Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy tidak menyatakan penolakan langsung pada keinginan AS. ”Kita percaya kepada Presiden Obama. Kita juga tidak ingin kehilangan kekuatan,” kata Sarkozy.
Namun, Jerman dan Perancis menyatakan keengganan memperluas keanggotaan NATO dengan merangkul eks blok Komunis. Hal ini dianggap akan membuat hubungan dengan Rusia kacau. Ini terkait dengan ketergantungan Eropa pada pasokan gas dan minyak dari Rusia.
Hal lain adalah Uni Eropa tidak mau merusak hubungan dengan Rusia, yang di bawah Presiden Dmitry Medvedev menolak perluasan NATO ke Timur, tetapi sekaligus siap bekerja sama dengan NATO sebagai mitra seimbang.
Merkel juga menyatakan penolakan mengingat pendirian NATO pada awalnya adalah mengamankan aliansi trans-Atlantik, yang awalnya hanya antara AS dan Eropa Barat.
Dilema
Namun, keadaan geopolitik berubah. Presiden Obama mengatakan ancaman global tidak lagi antara satu blok dan blok lain. Kini dunia yang semakin menyatu memberi kesempatan sekaligus ancaman dari mana saja.
NATO bukan kekuatan global, hanya blok Atlantik Utara. ”Namun, suka atau tidak suka, NATO harus berperan sebagai polisi global,” kata Penasihat Keamanan Nasional AS James Jones. Hal ini memaksa NATO menyusun kembali visi dan misi organisasi seiring dengan perubahan zaman.
Persoalan NATO lainnya adalah AS ingin Eropa menambah pasokan di Afganistan. Hal ini didukung Inggris, Spanyol, dan negara lainnya, tetapi ditolak oleh Perancis dan Jerman tanpa alasan jelas.