INDRAMAYU - Seperti prediksi para nelayan sebelumnya, kondisi cuaca di perairan laut jawa khususnya daerah Indramayu Jawa Barat masih berpotensi adanya gelombang besar kembali.
Hal tersebut melihat angin yang datang dari arah barat daya masih sering bertiup kencang. Kini sesuai dengan penanggalan jawa atau Hijriyah, pada tanggal 14 sampai 16 akan datang masa bulan purnama.
Seiring dengan datangnya bulan purnama, berdasarkan pengalaman selama puluhan tahun menjadi nelayan, Dikatakan Rasiman, salah satu nelayan dari Desa Eretan Kulon Kecamatan Kandanghaur, angin barat akan kembali berhembus dan air laut akan kembali pasang.
"Musim barat ini (angin barat,red) belum berakhir sampai pertengahan Maret, atau sampai bulan Jumadil Awal (tanggal hijriyah,red) kemungkinan ombak masih tinggi," ungkapnya
Ia juga mengatakan jika mendekati bulan purnama, air laut yang pasang di iringi dengan ombak laut yang makin tinggi. Hal tersebut dipengaruhi angin dari barat daya yang membuat gelombang laut tinggi berbarengan dengan pasangnya air laut.
"Kalau angin baratnya masih kencang, walaupun hujan tidak turun dipastikan gelombang laut akan tinggi. Dan saat itu nelayan lebih memilih tidak melaut," ujarnya.
Dengan tingginya gelombang air laut, Kata Rasiman, nelayan akan lebih memilih menambatkan perahu mereka di tempat aman ketimbang harus melaut dengan resiko tinggi.
"Kebanyakan nelayan disini (Eretan,red) itu kapalnya kecil-kecil, kalau dipaksakan berangkat melaut saat ombak besar, maka itu resikonya sangat tinggi," katanya.
Menurutnya, meski menjadi nelayan dan pergi melaut adalah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun mereka lebih memilih untuk memperbaiki alat tangkap atau kapal, ketimbang harus bertaruh nyawa dengan melaut saat ombak besar.
Seperti juga dikatakan Narsita, nelayan dari Desa Bugel Kecamatan Patrol, bahwa dengan adanya gelombang besar saat ini para nelayan tidak bisa berbuat banyak. Dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka harus menggunakan tabungan bahkan ada juga yang harus berhutang kepada tengkulak.
"Walaupun tidak melaut tetapi perutkan harus tetap terisi, makanya ada buruh nelayan yang harus berhutang kepada juragan ataupun tengkulak," ucapnya.
Ditambahkan, sejauh ini para buruh nelayan yang sangat merasakan imbas dari ombak besar. Pasalnya, sebagai buruh nelayan, satu-satunya mata pencaharian mereka adalah dari hasil melaut.
"kalau buruh nelayan tidak bisa berangkat ke laut, maka mereka tidak ada pemasukan sama sekali untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka," pungkasnya.