"Memang benar dugaan itu bahwa tanah-tanah pertamina yang ada di sekitar desa penyangga itu di sewakan oleh oknum pejabat desa," ujar Solihin salah satu warga dan tokoh Masyarakat Desa Majakerta saat di mintai pendapatnya tentang kebenaran tanah-tanah yang di sewakan tersebut, kemarin (11/11/14).
Meski begitu, Ia enggan menyebutkan berapa biaya sewa lahan tersebut. Ia menjelaskan, lahan tidur milik PT Pertamina itu banyak peminat yang ingin mengolahnya, sehingga pihak Desa melakukan undian atau lelang ke warga yang akan mengolah tanah tersebut dan uang sewa harus dibayar di muka.
Ia menjelaskan, warga setempat menginginkan agar semua warga bisa mengolah lahan, namun dengan biaya sewa dapat dibayar setelah lahan tersebut digunakan atau setelah panen.
"Jangan seperti sekarang yang bisa mengolah hanya orang-orang yang mampu aja," tandasnya.
Sementara menurut Kuwu Desa Singajaya, Sahlan, saat dimintai pendapatnya tentang hal tersebut mengatakan, kalau Desa tetangganya yakni desa Majakerta bisa mengolah lahan-lahan tidur Pertamina, maka pihaknya ingin mempertanyakan pihak Pertamina, mengapa tak diperlakukan sama.
"Saya dan warga juga akan menuntut ke pihak Pertamina agar diizinkan untuk ikut mengolah lahan tersebut karena apa bedanya Desa Singajaya sama Majakerta, bahkan banyak juga Pegawai PT Pertamina dari warga Singajaya dan kalau Pertamina pilihkasih maka saya dan warga akan melakukan Demo ke Pertamina," tegasnya.
Ia menilai, meski PT Pertamina selama ini terkesan membiarkan tanah-tanah yang tidak produktif di sekitar penyangga kilang, namun ada juga sebagian lahan yang sedang digarap oleh warga.
"Padahal sama juga Pertamina telah memasang bom waktu yang sewaktu-waktu menjadi bumerang di kemudian hari," pungkasnya.