
Kholis, Dewan Penasehat Forum Demokrasi (ForDem) Indramayu menyampaikan kepada cuplik.com beberapa catatan terkait serangan tersebut, Jum'at (24/05/13).
"Saya dengar kawan Sahali mengalami pemukulan dalam aksi damai tersebut, karena dia diduga ikut mendompleng dan mempolitisir jalannya aksi. Dalam hal ini saya ingin menyemangati kawan Sahali serta teman-teman aktivis lainnya untuk terus melanjutkan perjuangannya dan tak perlu terpengaruh dengan opini tertentu yang keluar dari pihak pro kekuasaan," papar Kholis.
Menurut Kholis, soal membangun opini tentang politisasi aksi demonstrasi adalah gejala yang wajar dalam semua pemerintahan daerah di Indonesia, dan itu tak terjadi di Indramayu saja.
"Di daerah manapun di Indonesia, status quo-nya sangat mungkin membangun opini bahwa sebuah gerakan tertentu telah disusupi oleh kepentingan politik, terutama pada momen menjelang pemilu 2014 seperti sekarang. Sekali lagi, itu wajar dalam politik. Tapi yang perlu menjadi renungan kita bersama adalah bahwa ketika kita bersepakat dengan demokrasi maka kekerasan apapun, baik dalam bentuk kekerasan fisik serta ancaman adalah tidak dibenarkan. Itulah mengapa bahwa demokrasi dan kekerasan selalu berbanding terbalik. Semakin besar ruang yang tersedia bagi demokrasi maka semakin kecil ruang praktek bagi kekerasan," jelas Kholis, mengakhiri pembicaraan.