Nicolas Maduro, Presiden terpilih menyalahkan terjadinya kekerasan itu pada pemimpin oposisi Henrique Capriles, yang kalah tipis dalam pemilihan presiden hari Minggu. Capriles meraih 49,06 persen dikalahkan Maduro yang meraup 50,8 persen.
Sementara itu, Capriles menuntut penghitungan ulang suara, namun kepala otoritas pemilu, Tibisay Lucena menolak permintaan tersebut dan menegaskan bahwa Dewan Pemilu Nasional Venezuela (CNE) tidak akan menanggapi ancaman dan intimidasi. (IRIB, Rabu (17/4/13)
CNE menuduh pemerintah AS mencoba ikut campur dalam urusan negara itu setelah mereka mendukung usulan audit suara.
Pada 5 maret lalu, sesaat sebelum mengumumkan kematian Chavez, Maduro menuduh dua atase militer AS mencoba merekrut perwira militer Venezuela guna mengacaukan negaranya.
Kedua negara itu tidak menempatkan duta besar di ibu kota masing-masing sejak tahun 2010, dimana diketahui bahwa hubungan kedua negara membeku pasca Chavez berkuasa tahun 1999.