
Menurut pria berusia 23 tahun itu, saat kejadian dia sedang memasang pipa gas di rumahnya. Kebetulan kediamannya itu terletak tak jauh dari lokasi kecelakaan di dekat desa Jannatabad, pinggiran kota Qazvin, sekitar 75 mil barat daya Teheran. "Saat benturan itu rasanya seperti terjadi gempa bumi," imbuh Hashemi.
Masih menurut Hashemi, pesawat naas itu pun hancur berkeping-keping. Pecahannya terserak di ladang pertanian di kawasan kecelakaan tersebut.
Saksi mata lain juga mengatakan kalau ledakan itu membuat semacam parit panjang di sawah berlumpur berikut kepingan-kepingan hangus mulai dari potongan tubuh hingga perlengkapan para korban.
Menurut hitung-hitungan petugas penyelamat, lokasi kecelakaan memanjang hingga 200 meter. Terlihat juga potongan sayap pesawat jenis jet Tupolev tersebut. Pada umumnya, sama seperti dikatakan Hashemi, reruntuhan pesawat terdiri dari potongan-potongan kecil.
Pihak berwenang penerbangan, baik di Teheran maupun bandara tujuan pesawat tersebut di Yerevan, Armenia, mengatakan, ada 153 penumpang dan 15 kru di dalam pesawat itu. "Seluruhnya diduga tewas," kata Deputi Pimpinan Penerbangan Sipil Armenia Arsen Pogosian.
Menurut Pogosian, banyak dari penumpang pesawat milik maskapai hasil patungan Rusia-Iran adalah warga negara Iran dari etnis Armenia. Di situ ada juga korban enam warga Armenia dan dua warga Georgia. "Kedua warga Georgia itu termasuk staf Kedubes Georgia di Yerevan serta atase militer Georgia," demikian Pogosian.