Untuk mengantipasi itu, Deptan menyediakan dana tanggap darurat sebesar Rp40 miliar yang digunakan untuk penggantian benih padi kepada petani yang mengalami kegagalan panen. Selain itu, Deptan akan melakukan koordinasi dengan seluruh dinas pertanian di seluruh Indonesia.
"Koordinasi ini kami lakukan untuk memberikan penjelasan kepada petani melalui dinasnya agar melakukan pengaturan pola tanam sesuai daerahnya masing-masing," kata Dirjen Tanaman Pangan Deptan Sutarto Alimoeso, seusai Peluncuran Buku 'Perkebunan dalam Lintasan Zaman' karya Dirjen Perkebunan Deptan Achmad Mangga Barani, di Jakarta, Selasa (7/7/2009).
Sutarto mencontohkan, pengaturan pola tanam ini yakni dengan memilih varietas benih padi yang berumur pendek karena adanya kemungkinan terjadi kekeringan. Kendati demikian, terjadinya el nino ini malah akan terjadi perluasan areal pertanaman padi. Penambahan ini, katanya, akan terjadi dari lahan rawa atau lebak yang airnya menyusut.
"Biasanya akan ada penambahan puluhan ribu hektare (ha). Penambahan ini umumnya akan terjadi Provinsi Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan," katanya.
Di sisi lain, Sutarto masih tetap optimistis dengan target produksi padi tahun ini kendati angka ramalan (ARAM II) BPS hanya 62,5 juta ton gabah kering giling (GKG). Padahal tahun ini Deptan menargetkan produksi padi hingga 63,5 juta ton GKG.
Sebab, kata Sutarto, dasar perhitungan BPS untuk ARAM II adalah sub round I (masa pertanaman) bulan Oktober-Desember 2008 ditambah perkiraan.
"Karena itu bukan angka sebenarnya. Sebab sub round II yang masa pertanamannya Januari-Maret 2009 belum dihitung," kata Sutarto.
Padahal, kata Sutarto, hingga akhir tahun ini masih ada masa pertanaman April-Juni dan Juli-September 2009. "Karena itu kami masih tetap optimistis target produksi padi masih akan bisa tercapai. Sebab areal tanam kita tahun ini mencapai 12,5 juta ha untuk dua kali masa tanam atau sesuai dengan target kita," katanya.
Apalagi, kata dia, beberapa faktor yang memicu berkurangnya produksi relatif tidak ada. Sutarto mencontohkan tahun ini ketersediaan pupuk sangat memadai. Pemerintah telah menambahkan stok urea hingga 5,5 juta ton atau lebih banyak jika dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya 4,8 juta ton.
Selain itu juga berkurangnya tanaman padi yang mengalami puso akibat serangan hama, kekeringan ataupun karena kebanjiran.
Pemicu lainnya yang biasanya bisa memicu pengurangan produksi adalah harga gabah yang anjlok juga tidak terjadi. Bahkan rata-rata lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga pembelian pemerintah (HPP). "Dengan harga yang tinggi ini akan memacu petani lebih bergairah menanam padi," katanya.