
"Yang namanya keadilan, menurut ajaran Islam, adalah menempatkan segala sesuatu sesuai dengan tempatnya. Lawan kata dari adil adalah zalim," kata Rahman.
Menurut Rahman, visi Religius Bupati Indramayu sama sekali bertolak belakang dengan prinsip-prinsip keadilan. Dia mencontohkan, keterlibatan guru dan umumnya PNS dalam politik, terutama dalam kasus Nana Sudiana adalah sebuah kezaliman yang nyata.
"Guru adalah pendidik dan PNS adalah abdi negara, bukan abdi Golkar. Jadi, bukan pada tempatnya jika guru-guru dan PNS digiring ke dalam politik praktis. Nah, jika bukan zalim, lalu apa namanya?" ungkap Rahman sambil memperlihatkan foto puluhan guru dan PNS yang terlibat dalam politik pemenangan pasangan INTAN dalam Pilgub Jabar yang baru lalu.
Rahman melihat bahwa visi REMAJA adalah visi politik yang penuh sulap sehingga angka-angka tentang keberhasilan pembangunan Bupati Indramayu sejak Yance hingga Sopanah harus diperiksa ulang.
"Apakah Sopanah tahu dan peduli tentang 30 siswa sebuah SMK yang diberangkatkan ke Malaysia dengan alasan PKL, padahal bisa saja mereka dijadikan tenaga kerja gratis? Lalu apakah Sopanah tahu tentang siswa-siswa penerima beasiswa yang namanya disulap menjadi nama orang lain? Ini hanya sedikit contoh bahwa Pemda Indramayu telah menghalang-halangi masyarakat mencari keadilan," tandas Rahman