Hal ini diungkapkan seorang treasury valas dari bank lokal di Jakarta, semalam. Menurutnya, koreksi yang sempat terjadi terhadap dolar, dipicu aksi profit taking pelaku pasar. Ini berarti, dolar yang berbalik menguat akan menekan rupiah. “Rupiah hari ini bergerak di level 11.900-12.050 per dolar AS,” katanya.
Dolar sempat melemah juga disebabkan peralihan dari safe haven ke instrumen investasi yang lebih berisiko, seperti pasar saham dan surat utang. Sedangkan dari pasar domestik, bertambahnya cadangan devisa karena penerbitan obligasi global memperkuat rupiah, melampaui sentimen pembayaran pajak.
“Ini membuktikan penguatan rupiah di awal pekan hanya dipicu profit taking dolar,” tuturnya. Ia menuturkan, arah pergerakan rupiah mulai tidak jelas. Seharusnya beberapa waktu ke depan, mata uang lokal RI tersebut bergerak naik. Pasalnya, mendekati akhir tahun fiskal muncul kebutuhan korporasi akan rupiah untuk membayar pajak.
Namun, sentimen itu ternyata hanya dapat memperkuat rupiah sesaat. “Setelah kemarin sempat menyentuh level 11.825 per dolar AS, muncul aksi beli terhadap dolar. Sehingga, rupiah kembali melemah mendekati level 12 ribu,” paparnya.
Sentimen negatif lain yang dapat menekan pergerakan rupiah berasal dari tidak adanya aliran dana asing yang masuk sehingga pasokan dolar di pasar valuta asing dalam negeri sangat ketat. Selain tidak adanya dukungan dari permintaan. “Akibatnya, rupiah sulit bergerak menguat signifikan,” imbuhnya.
Nilai tukar rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Kamis (12/3) turun 10 poin di level 11.980/11.997 per dolar AS. Demikian pula kurs rupiah terhadap mata uang asing lainnya. Rupiah terhadap dolar Singapura turun ke 7.847,30, atas dolar Australia terkoreksi ke 7.748,47,58, dan atas euro ditutup melemah ke level 15.355,78.