Pemerintah Pasrah, TKI Akan Dihukum Mati

Cuplik.Com - Jakarta - Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Majalengka, Tuti Tursilawati, terancam hukuman mati karena dinyatakan bersalah dituduh membunuh majikannya di Negeri Ka'bah. Namun, upaya pemerintah terkesan datar-datar saja hanya melakukan pemantauan tanpa melakukan diplomasi yang serius dengan pemerintah Arab.

"Yang menjadi perhatian utama adalah Ibu Tuti di Arab Saudi. Kita terima laporan putusan pengadilan sudah final. Presiden sendiri sudah dengar laporan ini. Yang memberatkan, keluarga korban tidak memaafkan Tuti dan menolak diyat (denda -red)," ujar Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa di Gedung DPR RI, Rabu (12/10/11).

Sehingga pemerintah seolah pasrah sekaligus tidak mau tau apa dibalik vonis hukuman tersebut, seperti melakukan upaya banding dengan mendatangkan advokat handal. Namun rupanya pemerintah tidak berfikir ke sana dan menurut Menlu, pihaknya sudah melakukan pertemuan langsung dengan pemerintah Arab Saudi bahkan SBY sudah mengirim surat ke sana.

"Jumat lalu tanggal 6 oktober, kembali kirim surat malam harinya pada Raja Arab Saudi mengenai khusus masalah ibu Tuti. Kami sendiri juga lakukan hal sama pada Menlu Arab Saudi. Disamping itu, pihak konjen kita dan dubes juga sudah adakan pertemuan dengan gubernur Mekkah," paparnya.

Dalam pertemuan tersebut pemerintak tidak lakukan upaya jalur diplomasi hukum, namun hanya meminta pemerintah Arab memfasilitasi agar majikannya memaafkan Tuti, padahal diketahui majikannya tidak mau memaafkan, padahal jelas apa sebab majikan 'ngotot' untuk segera eksekusi Tuti, setelah berakhirnya musim haji tahun ini.

Apa yang Dilakukan Pemerintah?

Menlu mengaku sudah berupaya maksimal membantu TKI di Arab Saudi, seperti menerjunkan satgas di lapangan yang ditugaskan untuk memantau perkembangan, bahkan menurutnya sampai tinggal di dekat penjara di mana Tuti di tahan.

"Kita sampaikan perkembangan-perkembangannya dan upaya-upaya pemerintah agar pihak keluarga mengetahui. Dalam waktu dekat akan adakan pertemuan kembali dengan pihak keluarga (Tuti)," kata Marty.

Menlu mengklaim sudah serius untuk mengawal dan membantu agar tidak terjadi hukuman mati, padahal upaya yang dilakukan hanyalah secara teknis seperti mengikuti perkembangan dan pemberian informasi kepada keluarga Tuti di Indonesia.

"Sedang diupayakan komunikasi ibu Tuti dengan keluarga via phone, itu permintaan keluarga. Jadi keluarga sudah ketahui betapa seriusnya masalah ini dan langkah-langkah yang dilakukan pemerintah," paparnya.

Alhasil, pemerintah hanya menunggu 'keajaiban' agar pihak majikan Tuti dapat berbaik hati memaafkannya, karena menurut Marty, hanya hal itu yang bisa dilakukan.

"Kemenlunya (Arab Saudi) sudah nyatakan akan beri perhatian dan akan fasilitasi upaya pemerintah utk peroleh maaf keluarga (majikan) melalui lembaga terkait. Sekali lagi, ini yang sangat menentukan. Karena tindak pidana yang divonis pada ibu tuti adalah pidana serius,membunuh majikan," tandasnya.