BANDUNG, SENIN - Pendapatan para perajin alas kaki di Cibaduyut, Kota Bandung belum memadai. Bila mereka mendapatkan Rp 700.000 per bulan, sudah dianggap tinggi. Akibatnya, generasi muda Cibaduyut justru enggan menjadi perajin alas kaki.
Kepala Instalasi Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Persepatuan Bandung, Pemerintah Provinsi Jabar, Odang Koswara mengatakan, para pemuda di Cibaduyut lebih memilih menjadi buruh pabrik. Sebab, pendapatannya lebih pasti.
Kalau ukuran yang dipakai adalah upah minimum Kota Bandung sekitar Rp 1 juta yang diterapkan industri, pendapatan perajin belum mencapai itu, katanya. Perajin pun belum tentu mendapatkan order setiap hari. Jika tak ada order, mereka menjual sayur atau air.
Di Cibaduyut terdapat 867 usaha pembuatan alas kaki. Setiap usaha mempekerjakan rata-rata lima pegawai. Guna memajukan Cibaduyut, kondisi di sentra produksi alas kaki itu perlu dibenahi. Jalan rusak, kemacetan, dan banjir usai hujan deras adalah beberapa kendala tersebut.