"Itu yang mengerikan karena berarti jumlahnya 10% dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2009," ujar Direktur Eksekutif Indef Ahmad Erani Yustika saat dihubungi, Minggu (22/2/2009).
Perhitungan peningkatan sekitar USD30 triliun tersebut dari selisih asumsi nilai tukar rupiah dalam APBN 2009, yakni Rp11.000/USD dengan realisasi belakangan ini di kisaran Rp12.000/USD.
Erani mengatakan, pelemahan rupiah selalu berdampak pada semua hal yang berkaitan dengan perdagangan internasional, khususnya impor karena biaya produksi akan naik. Sementara dari sisi ekspor dampaknya positif. "Harga barang ekspor kita menjadi lebih kompetitif," kata dia.
Namun, lanjut Erani, harga-harga murah saat ini menjadi percuma karena permintaan pasar global sedang lesu. Akibatnya, barang-barang ekspor tetap saja tidak terserap maksimal.