Pintu masuk utama menuju Vietnam dapat melalui Ha Noi ataupun Ho Chi Minh City (dahulu Amerika Serikat menamakan Saigon, setelah Vietnam bersatu diganti sesuai dengan nama tokoh partai komunis Vietnam).
Penerbangan ke Ha Noi dari Jakarta belum dilayani oleh penerbangan domestik, sehingga harus melalui Singapura kalau menggunakan pesawat mereka, Singapore Airlines (SQ). Lama penerbangan dari Jakarta ke Ha Noi, lima jam tiga puluh menit termasuk transit di Singapura.
Ketika akan mendarat di bandara Noi Bai International Airport tampak beberapa hangar pesawat tempur Vietnam yang bertengger di ujung sisi landasan pacu. Bandara Noi Bai ini tidak sebesar dan sesibuk Soekarno Hatta Airport di Jakarta.
Kota Ha Noi tidak tepat berada di pinggir pantai sehingga perjalanan dari Noi Bai Airport ke pusat Kota Ha Noi harus ditempuh dengan perjalanan darat kurang lebih 2 jam melalui jalan bebas hambatan. Selama perjalanan dari Noi Bai Airport ke kota, tampak persawahan yang luas serta pembangunan yang sedang ditata oleh pemerintah Vietnam.
Hal tersebut mengingatkan kita kalau di Indonesia seperti di Yogyakarta ketika mendarat di bandara, saat menuju pusat kota. Kota Ha Noi dilalui oleh sebuah sungai besar yang membelahnya, dan menjadi salah satu sarana transportasi di kota tersebut. Sungai tersebut mengalir dari negara tetangga China sehingga memiliki keunikan dalam menjaga stabilitas keamanan antarkedua negara.
Sungai tersebut dinamakan Sungai Merah (Red River), memang warnanya di kejauhan tampak kemerah-merahan. Kota Ha Noi merupakan kota yang cantik dan memesona. Beberapa peninggalan perang Vietnam masih tampak berdiri tegak dan sengaja dipertahankan. Seperti salah satu jembatan yang membentang panjang di Sungai Merah, tampak beberapa baja penyanggahnya tidak ada.
Menurut pemandu wisata yang menjelaskan ketika itu pesawat tempur Amerika sengaja menghancurkan jembatan tersebut di tengahnya agar transportasi darat di Ha Noi menuju China terputus. Jembatan tersebut kini telah diperbaiki dan dapat dilalui seperti biasa, namun truk berat harus menggunakan jembatan yang lain untuk menjaga agar jembatan tersebut tidak rusak karena baja penyangganya di atas tidak dibangun kembali.
Keindahan Kota Ha Noi tampak dengan banyaknya kuil-kuil bersejarah, monumen perang yang diabadikan sebagai kepercayaan agama dan kedisiplinan rakyat Vietnam. Salah satu daya tarik di kota ini adanya danau di pusat tengah Kota Ha Noi. Danau tersebut cukup luas dengan pulau di tengahnya.
Untuk menuju pulau tersebut dapat melalui jembatan khusus yang sengaja dibuat oleh pemerintah. Di pulau tersebut juga dijadikan tempat wisatawan karena terdapat kuil yang menurut sejarah, ribuan rakyat Vietnam dibunuh oleh pasukan Amerika ketika perang terjadi. Di sekeliling danau tampak pusat pertokoan, kafe, restoran, dan hotel berbintang ramai dikunjungi turis.
Masyarakat Kota Ha Noi menjadikan danau di tengah kota tersebut sebagai tempat bersantai dan bercengkerama. Tampak dari pagi, siang hingga malam hari, sepanjang pinggir danau selalu dipadati pengunjung baik yang berjalan kaki, olahraga, duduk ataupun berkendara.
Suatu hal yang patut dikagumi, walaupun padatnya pengunjung serta taraf perekonomian negara Vietnam belum terlalu modern, tetapi air danau terlihat bersih tidak dipenuhi sampah. Beberapa suvenir menarik yang menjadi ciri khas dari kota ini dapat kita temui dengan mudah di setiap toko-toko, seperti topi petani Vietnam, topi perang Vietkong, Zipo dengan gambar tentara Vietkong, kaus dan lain sebagainya.
Seluruhnya dapat dibeli di manapun dengan mata uang dong ataupun langsung dengan dolar Amerika. Makanan khas Vietnam hampir sama dengan selera orang Indonesia. Sebagian besar mereka terbuat dari sayuran, sea food atau daging babi. Bagi yang tidak mau makan daging babi harus hati-hati karena makanan ini selalu tersedia di mana pun juga.
Hampir di setiap sudut kota sepanjang hari jalanjalan di Kota Ha Noi dipenuhi hiruk-pikuk motor yang berlalu lalang dengan klakson yang nyaring tiada henti.Tampaknya, kendaraan motor hampir dimiliki setiap orang atau menjadi kendaraan favorit. Hal ini disebabkan model rumah-rumah penduduk di Ha Noi mirip ruko di Jakarta. Sehingga lebih sempit dan kecil untuk memiliki kendaraan roda empat.