"Kami tentunya menyambut baik penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi 7,25 persen. Jika hal itu diikuti dengan penurunan suku bunga kredit perbankan tentu akan sangat membantu pelaku usaha," kata Ketua Asosiasi Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Jawa Tengah Anggoro Ratmadipuro di Kota Semarang, Rabu (6/5).
Bagi dunia usaha, terutama eksportir, penurunan suku bunga kredit akan membantu pelaku usaha bangkit dari keterpurukan akibat krisis. Apalagi, Anggoro menambahkan, negara-negara pesaing memiliki suku bunga kredit lebih rendah dari Indonesia.
Lebih dari itu, pengusaha berharap perbankan mempermudah akses kredit. Sejak krisis tahun 1998, dan industri mebel terpuruk, Anggoro mengatakan perbankan sangat sulit menyalurkan kredit ke usaha tersebut.
"Saya memahami bank memiliki perhitungan khusus dalam menyalurkan kredit. Saat itu memang banyak dari kalangan pengusaha kreditnya macet. Namun, setelah krisis berlalu dan pelaku usaha kembali mendapat order pun, seperti tidak ada ampun bagi pengusaha," katanya.
Asmindo, menurut Anggoro selalu berusaha meyakinkan perbankan bahwa industri mebel dapat kembali bangkit. Hal itu dibuktikan dengan meningkatkan kinerja industri permebelan. Kini, dalam situasi krisis global, pengusaha kembali menghadapi kesulitan. Kondisi semakin sulit ketika tidak hanya pasar Amerika saja yang terkena, tetapi juga Eropa dan banyak negara lain.
"Biasanya mulai pertengahan tahun seperti ini sudah mulai banyak pesanan. Tetapi kali ini tidak seperti itu. perkiraan kami, penurunan ekspor mencapai 30-35 persen. Saat ini pengusaha sudah menurunkan kapasitas produksi dan mulai menggilir karyawan," ujar Anggoro.
Dalam situasi seperti ini, dia menyebutkan, adanya bantuan modal dari perbankan akan sangat membantu.
Analis Madya Senior BI Semarang Herdiana AW menjelaskan, perbankan biasanya baru akan menyesuaikan penurunan BI rate sekitar 3-5 bulan. Untuk suku bunga kredit, penyesuaiannya di Jateng mencapai waktu 4-5 bulan.
"Bank membutuhkan waktu untuk mengatur keseimbangan aliran dananya. Biasanya suku bunga tabungan dan deposito akan turun lebih dulu, baru kemudian suku bunga kredit," tutur Herdiana.
Dari data BI Semarang, total dana yang disalurkan perbankan untuk kredit per triwulan pertama 2009 sebesar Rp 73,099 tr iliun. Dari jumlah itu, 57,21 persen diantaranya adalah kredit modal kerja, 35,29 persen kredit konsumsi dan 7,5 persen adalah kredit investasi. "Secara total, penyaluran kredit naik 0,63 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Ini bisa menjadi indikasi penurunan BI rate mulai direspon perbankan," jelas Herdiana.