Dengan wabah yang menyebar dari Meksiko ke AS dan Kanada, saham perusahaan penerbangan Cathay Pacific di Hongkong turun 8% pada perdagangan. Saham perusahaan penerbangan lain wilayah Asia juga turun, seperti Japan Airlines melemah 4,5%.
Di Hongkong, Indeks Hang Seng turun 2,7%, atau 416 poin, pada 14.843 dalam perdagangan siang. Sementara, indeks Nikkei di Jepang berakhir turun 0,4%, atau 32 poin, menjadi 8.676.45. Indeks utama Australia ditutup melemah 0,3%, dengan saham Qantas Airlines turun 3,5%.
Agaknya penanam modal khawatir wabah flu ini akan membuat munculnya pembatasan aturan berpergian seluruh dunia. Pengamat berharap investor lebih bersikap hati-hati ketimbang panik, namun tetap yakin bila wabah memburuk, terutama di AS, secara potensial bisa menghambat upaya pemulihan ekonomi.
"Investor sudah lama nervous mencari-cari alasan untuk aksi jual. Apalagi alasan yang bisa lebih baik dari wabah flu ini," kata Miles Remington, kepala perdagangan saham Asian pada BNP Paribas Securities di Hongkong.
Sebagai upaya untuk mengatasi wabah flu babi, WHO mengaktifkan apa yang disebut sebagai shoc room, semacam pusat operasi kesehatan strategis, yang dibentuk untuk menghadapi kejadian kesehatan yang besar.
Sekarang direktur jenderal WHO, Margareth Chan dan para staff lembaga PBB tersebut sedang mempertimbangkan keputusan tentang langkah-langkah yang akan diambil. Misalnya, apakah tingkat kesiagaan perlu dinaikkan, dan perlukah WHO mengeluarkan larangan berkunjung ke Meksiko.
Hal ini perlu diputuskan secara bijaksana karena larangan berkunjung ke negara-negara Asia beberapa tahun lalu karena wabah SARS membuat sektor perdagangan dan pariwisata merugi miliaran dollar. WHO tentu tidak ingin menaikkan tingkat kesiagaan kalau itu memang tidak perlu.