Koalisi Demokrat Penuh dengan Pragmatisme Kekuasaan

Cuplik.Com - JAKARTA: Peringkat teratas dalam pemilu legislatif menjadi godaan bagi Partai Demokrat. Koalisi tanpa ideologi menjadi jebakan kekuasaan untuk membangun pemerintahan ke depan. Karena jika Golkar enggan merapat, ideologi berseberangan pun bakal digaet.

Pengamat Politik UI Iberamsyah, Minggu (12/4) menyatakan ide dalam koalisi golden bridge yang dibangun pihak elite Partai Demokrat dan PKS penuh dengan pragmatisme kekuasan. Ideologi berseberangan antara keduanya dihapus sementara untuk meningkatkan perolehan suara dalam penyelenggaraan pemerintahan mendatang. "Ideologi kedua belah pihak, PD dan PKS, sangat bertolak belakang. PD cenderung ke barat-baratan dan PKS cenderung Islam," ungkapnya.

Dua ideologi yang berbeda seharusnya memastikan kedua partai untuk berada dalam jalur politik yang berbeda. Namun kepentingan perolehan suara memastikan mereka untuk bekerja sama. "Dari ideologi inilah nampak jelas bahwa kedua partai sudah bersikap pragmatis," jelasnya.

Ia menerangkan Partai Demokrat dengan paham nasionalisnya cenderung tidak memiliki fanatisme ideologi. Semenjak Pemilu 2004 langkah Partai Demokrat membangun koalisi tidak memberi perhatian pada permasalahan ini. "Dengan kenyataan ini memang PD aideolis. Karena kedua partai ini takkan saling bersenyawa," jelasnya.

Di sisi lain PKS kini tergoda untuk merapat ke pemerintahan ke depan. Menurut Iberamsyah perolehan suara PD mampu menarik elite PKS untuk menanggalkan ideologi mereka. "Masalah ideologi bagi elite PKS takkan pernahjadi masalah. Bagi mereka (elite PKS) yang terpenting adalah bagaimana menggapai kekuasaan," jelasnya.

Namun koalisi golden bridge ini bukannya tanpa risiko. Fanatisme ideologi bagi massa PKS tetap terpelihara. "Nanti ketika pilpres akan tampak semua, apa kepentingan PKS dalam memasangkan HNW (Hidayat Nur Wahid) dengan SBY," jelasnya.