Para pengusaha nasional yang dihubungi pada Rabu (8/4) juga menegaskan agar pemerintah sekarang ataupun pemerintah mendatang menempatkan upaya mengatasi dampak krisis keuangan global sebagai prioritas utama.
Realisasi transaksi ekspor triwulan pertama tahun 2009 ini menurun tajam dibandingkan 1,8 persen pada triwulan keempat tahun 2008. Seperti dilansir Kantor Menteri Koordinator Perekonomian, penurunan ini antara lain karena menurunnya harga sejumlah komoditas, seperti tekstil, timah, kopi, dan nikel.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi mengatakan, penurunan ekspor lebih disebabkan oleh harga komoditas. Adapun investasi pada sektor sumber daya alam masih punya prospek.
Menurut Sofjan, pemerintah sebaiknya mengampayekan investasi sejak saat ini agar sewaktu situasi ekonomi bangkit, industri sudah siap merebut pasar. Sofjan juga menekankan perlunya tim ekonomi pemerintah yang kompak.
”Indonesia butuh tim ekonomi yang solid. Kekompakan tim ekonomi digambarkan dalam bentuk arah kebijakan yang tidak tumpang tindih lagi,” ujar Sofjan.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Benny Soetrisno memandang, penurunan ekspor memang kerap terjadi pada triwulan pertama setiap tahun. Namun, penurunan ekspor yang terjadi saat ini memang sudah sangat signifikan.
”Penyebabnya adalah pembelinya. Walaupun pemerintah sudah memberikan dukungan restrukturisasi mesin tekstil senilai Rp 330 miliar pada tahun ini, industri tekstil tidak bisa memaksakan peningkatan ekspor apabila pembelian memang sedang melorot,” tutur Benny.
Menurut Benny, nilai ekspor tekstil selama Januari-Maret 2009 hanya 2,5 miliar dollar AS. Ini berarti penurunannya 15 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008.
Benny menuturkan, penurunan ini disebabkan sebagian order yang biasanya diberikan pada industri di Indonesia dialihkan ke negara lain, seperti Banglades dan Vietnam. Pola membagi rata kuantitas inilah yang menyebabkan ekspor tekstil dan produk tekstil menurun.
Namun, API masih optimistis bahwa industri tekstil akan bangkit kembali. Pembelian tekstil dan produk tekstil cenderung naik kembali pada kuartal kedua dan memuncak lagi mendekati kuartal keempat. Aktivitas sekolah dan persiapan Natal diperkirakan mendongkrak kembali transaksi ekspor.